Selasa, 01 November 2011

KRISIS INDONESIA: BUAH KENAKALAN GENERASI TUA, BUKAN GENERASI MUDA!


Para pelaku regim Orde Baru (ROB) saat ini rata2 sudah berumur diatas 65 tahunan, Soeharto sendiri (dalang ORBA) telah berusia lebih 80 tahun. Akibat kenakalan politik generasi tua ini, Indonesia boleh dikata sudah sulit untuk bangun kembali sebagai bangsa yang normal dan sehat, dan generasi muda harus menerima tinggalan maha kebobrokan nasional (MKN) yang luar biasa. Mantan presiden Soeharto, komandan ROB, adalah putra Indonesia yang paling licik. Ia sebaiknya disarankan untuk menerima hadiah Nobel dibidang Politik Tanpa Hati Nurani, mengingat kejeniusan beliau dalam memperdayakan bangsanya sendiri. Diramalkan, baru dua atau tiga pemilu lagi (dihitung dari 2005) RI akan mulai bangkit. Berikut ini butir2 maha kebobrokan nasional (MKN), yang dahsyat luar biasa, tinggalan para generasi tua, terutama Soeharto dan kroni2nya, yang saat ini masih mengalami privelege (hidup dihormati dan amat sangat kaya raya):
- Bung Karno (BK) adalah seorang jenius yang disegani oleh dunia internasional di masa hidupnya. BK mempunyai visi sangat jauh kedepan untuk Indonesia yakni Indonesia adalah: non blok, mandiri (berdikari = berdiri diatas kaki sendiri), berkepribadian kuat, berbasis Bhineka Tunggal Ika (pluralisme), serta berdasar Pancasila, dan tidak mau tergantung pada utang luar negeri (semboyan BK: “Go to hell with your aids!”). Sayang sekali, Soeharto dkk. melakukan konspirasi dengan USA (via CIA) menusuk bangsanya sendiri di tahun 1965. Tahun 1965, Indonesia dijadikan ajang pertempuran antara USA dkk. melawan Rusia dkk. USA dibelakang militer/AD dan mahasiswa, sedangkan Rusia dibelakang PKI. Di Indonesia yang menang USA, di Vietnam yang menang Rusia. Negara-negara sahabat Bung Karno, sperti RRC dan India, yang mempunyai prinsip serupa dengan BK dan tidak mempunyai pengkianat negara semacam Soeharto Cs., saat ini sudah menjadi bangsa yang sehat, normal, bahkan adidaya! Presiden SBY baru-baru ini terpaksa mengulangi langkah BK lagi dengan mengunjungi RRC dan India. Tusukan regim Soeharto mengakibatkan kekayaan alam Indonesia dari Sabang (LNG Arun) s/d Merauke (Free Port ) jatuh ketangan negara Barat terutama USA. Penikmat kekayaan alam Indonesia s/d saat ini adalah negara asing plus birokrat di Jakarta, bukan rakyat setempat!
- Pembunuhan para jendral (Ahmad Yani, Suparman, Tendean, dst) adalah dikarenakan mereka menolak melepas prinsip non blok dan menolak untuk berpihak pada regim Soehato/USA. Selain itu, mereka harus dihabisi Soeharto dkk. agar tidak menjadi pesaing/duri dalam daging. Nasution yang dapat menyelamatkan diri, akhirnya terpaksa bergabung dengan Soeharto; pada akhirnya: Jendral Soeharto menjadi presiden, dan Nasution menjadi ketua MPRS, mulai saat itu Indonesia dibawah regim militer (eksekutip dan legislatip dibawah militer) dan menjadi negara boneka USA! Saat itu negara boneka USA banyak sekali, misalnya: Marcos-Philipina, Shah Iran – Iran, Mobutu Seseseko – Afrika, dan negara2 dibawah regim militer di Amerika Latin. Pada umumnya regim boneka seperti ini dibikin korup sekali, supaya mudah didikte oleh negara asing-tuannya! Jadi, dalang pembantaian jendral (yang non blok) dan rakyat tak tahu politik di th. 1965 untuk level internasional adalah USA, untuk level nasional adalah Soeharto dkk. (baca kupasan yang sangat dalam di http://diskusikebudayaan3.blogspot.com/ dan http://analisakebudayaan.blogspot.com/).
- Menipu sejarah 1965. Coup d’etat merangkak militer seperti diatas dibelokan ke PKI. Semua jalan raya disemua kota besar Indonesia ia instruksikan untuk memakai nama para jendral Angkatan Darat (A. Yani, Panjaitan, dst.). Hari lahir Pancasila digantikan dengan hari kesaktian Pancasila. Sungguh strategi yang indah. Sampai saat ini generasi muda masih terkecoh dan mempelajari sejarah yang diselewengkan. Sayang Perguruan Tinggi seperti: UI, UGM, ITB, IPB, ITS, dst., diam saja! Padahal universitas adalah pembela kebenaran!
-Peristiwa G30S lebih tepat bila didefinisikan sebagai pengkianatan Soeharto terhadap bangsanya sendiri, bukan pengkianatan PKI.
- Mengingat kasus 1965 adalah kasus pelanggaran HAM yang maha besar (setingkat Hitler di Jerman, jadi level internasional), maka untuk melawan tuntutan yang maha luar biasa besarnya dan beratnya dari para korban G30S tsb., para oknum Jendral AD sebagai pelaku kebiadaban yang luar biasa itu (yang hidupnya selalu dibayang-bayangi wajah hampir sejuta jiwa korban manusia) terus menerus menggunakan politisasi agama dengan menggunakan pemuka agama, LSM agama, dan cendekiawan kampus untuk melawan pelurusan sejarah Indonesia (dalam hal ini politisasi agama Islam). Contoh ormas Islam yang sering dipakai adalah: FPI, Liga Muslimin Indonesia, dst. Sampai sekarang para korban fitnah Soeharto ini, yang sudah usia tua/sepuh, masih memperjuangkan pemulihan hak dan kehormatannya.
- Mendudukan Sri Sultan HB IX sbg Wapres pertama demi mengambil hati masyarakat Jawa yang mayoritas (politik kebudayaan); HB IX kemudian mengundurkan diri melihat tangan Soeharto penuh berlumuran darah korban 1965 plus Bung Karno!
- Menipu Supersemar. Surat begitu penting dikatakan hilang.
- Menipu sejarah Serangan Umum 1 Maret 1945 di Yogya. Sri Sultan HB IX adalah otaknya, namun Soeharto mendakunya.
- Merampok habis uang rakyat Indonesia melalui BLBI (700 trilyun); sekarang uang itu parkir di bank2 L.N atas nama para konglomerat hitam dan para kerabatnya.
- Bersama regim ORBA mendirikan BPPN: Badan Penyelamat Para penilep uang Negara. Kalkulasi para ekonom ahli: mungkin yang kembali cuman 25% saja dari 700 trilyun itu! Jadi, yang diselamatkan bukan uang rakyat, tapi justru pencurinya, sungguh genius/licik! Para konglomerat hitam ini dibantu oleh para akademisi busuk (kebanyakan dari UI dan UGM) dalam memberikan justifikasi2 “penyelamatan”.
- Membentuk mafia/konspirasi yang sangat distruktip antara: 1) konglomerat hitam, 2) oknum preman berbintang empat (jendral AD/Polisi), 3) birokrat keranjang sampah, politisi busuk (terutama di DPR/DPRD), 4) oknum ulama pemuja saiton (politisasi agama, kebanyakan duduk di MUI), dan 5) oknum pelacur intelektual/ akademisi (tukang justifikasi policy, mostly from UI), dan 6) para preman kriminal yang diorganisasikan dalam suatu wadah organisasi (Pemuda Pancasila). Sebut saja mereka itu MAFIA6, yang sampai detik ini masih dengan kuat mendominasi Indonesia. Rasanya, Indonesia sudah sulit untuk bangun kembali, MAFIA6 ini begitu kuatnya mendominasi Indonesia, jaringan kejahatannya sudah melebihi jaringan Multi Level Marketing (MLM) Amway dari USA! Senjata utama regim ORBA bersama bablasannya (saat ini masih kuat) adalah: uang yang berlimpah, teror kekerasan, politisasi agama, pemandulan universitas ternama (UI, ITB, UGM, IPB, dsb.) lewat dwifungsi akademisi, dan dominasi mass media. Musuh nomor satu bangsa Indonesia yang sebenarnya adalah MAFIA6 ini!
- Semenjak menduduki Kodam Diponegoro Semarang, Soeharto sudah biasa bekerja sama dengan konglomerat hitam, misalnya waktu itu, beliau bersama Liem Swie Liong menjadi penyelundup gula pasir. Saat berkuasa, Soeharto mengembangkan model bisnis yang luar biasa busuk dan buruk yang membuat bisnis dan industri Indonesia tidak bisa bersaing dengan luar negeri (ekonomi biaya sangat tinggi), sehingga rakyat dipaksa membeli barang/jasa dengan harga yang sangat tinggi (untuk menggaji para oknum birokrat plat merah, sehingga mereka menjadi konglomerat plat merah, tanpa harus kerja keras, alias duduk malas dapat upeti yang tinggi sekali)! Model bisnis busuk ini adalah model konspirasi destruktip (Mafia) antara: konglomerat hitam, oknum jendral militer/polri, dan birokrat/politisi busuk, serta berbasis KKN. Dimulai sejak jaman Soeharto, militer/polri mulai menjadi raksasa bisnis yang penuh KKN yang tidak bisa dikontrol publik/negara (bagaikan negara dalam suatu negara). Sekarang hampir dikota besar, god father Mafia (para konglomerat hitam) pasti ada, mereka ini mampu mendudukan walikota, Bupati, bahkan Gubernur. Bahkan mereka juga mampu memesan peraturan daerah yang menguntungkan bisnis Mafia ini. Mereka dilindungi dengan kekerasan oleh oknum ABRI dan POLRI serta preman (Pemuda Pancasila). Contoh konglomerat hitam untuk level nasional adalah Tomy Winata, dimana majalah Tempo bersama Gunawan Muhammad dipaksa bertekuk lutut. Bisnis hitam seperti ini mengakibatkan biaya ekonomi tinggi, apalagi ditambah KKN, maka tidak mengherankan barang produksi Indonesia tak dapat bersaing dengan produk luar negeri, biaya over head produksinya sangat mahal sekali. Contoh sederhana adalah Probo Sutejo, paman Soeharto. Probo aslinya adalah guru SMA. Baru2 ini ia didakwa telah menyuap jaksa agung dan ketua MA sebesar Rp. 16 milyar! Heboooaaat sekali, seorang mantan guru yang pada umumnya kehidupannya pas2an dan notabene disebut “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa” (julukan politis plus penghinaan yang sangat dalam maknanya, entah mengapa para guru/dosen tidak marah), telah disulap oleh Soeharto menjadi trilyuner! Harta kekayaan Probo (plus kroni2 Soeharto) diperkirakan trilyunan, termasuk rumah2 di luar negeri (London, Australia) yang dulu sering diungkapkan oleh George Adi Tjondro (sayang tidak di followup i!). Tatanan ekonomi yang sangat rusak semacam ini sudah sulit untuk di normalkan kembali! Di jaman Bung Karno masih banyak kita jumpai para pegawai negeri yang jujur, bersih dan mempunyai rasa malu, sekarang yang menjamur adalah kebalikannya!
- Saat bum minyak 1973/74 dan 1978/79, uang trilyunan rupiah tidak disetor ke kas negara! Soeharto menugaskan Sudharmono, Moerdiono, dan Ginanjar Kartasasmita membentuk tim sepuluh untuk mengurus milyaran dollar AS uang bum minyak. Tim sepuluh ini hanya bisa dikontrol oleh Soeharto. Jeffry Winters menjuluki Sudharmono cs. sebagai the most evil persons (manusia terjahat) in Indonesia. Dapat dibayangkan kekayaan para jendral militer saat itu! Sebagai gambaran: kasus perebutan warisan haji Tahir sebanyak Rp. 500 milayar yang berupa tabungan di Singapore oleh janda2nya menjadikan bangsa Indonesia tersentak (sebatas kaget saja!); sebab si Tahir jabatannya bukan eselon di Pertamina, lalu kalau eselon nilep berapa milyar atau trilyun uang negara? Pegawai negeri yang dapat menabung lebih dari 2,5 milyar sudah luar biasa sekali kejahatannya, mengingat gaji PNS/BUMN kan ya paspasan! Pegawai negeri gol. I untuk menabung 2,5 juta saja sudah tidak mungkin. Jurang kekayaan yang berbanding 1: 1000 sungguh luar biasa, sayang kita diam saja! Sungguh telah terjadi perampokan atas bangsa Indonesia, ini lebih kejam dari penjajahan Belanda! Kasus kenaikan harga BBM akhir2 ini (2005) tidak perlu terjadi kalau KKN di Pertamina dibersihkan. Bangsa Indonesia berhak mendapat harga BBM yang murah sebab pendapatannya kecil dan penghasil minyak!
- Saat regim militer diatas angin, mereka lupa diri atau sedang mabok kepayang dengan peran bisnis dan politiknya, sehingga persenjataan mereka s/d saat ini menjadi tertinggal, dan mereka menjadi tidak profesional lagi. Semestinya saat itu mereka dapat dengan mudah mempermodern persenjataan mereka mengingat saat itu militer adalah penguasa! Namun mereka tidak kerjakan hal itu.
- Bersama USA dan negara barat lainnya merampok Indonesia (diawal kejayaan Soeharto), misalnya konsesi tambang2: Freeport, Caltex, LNG Arun, dst; juga lewat IMF dan world bank. Manusia Dayak, Riau, Aceh, dan Irian tetap sangat miskin, walau daerahnya sangat kaya raya; yang kaya adalah pejabat Jakarta dan negara asing. Walau regim Shto korup sekali, IMF dan world bank terus memberikan hutangnya! Soeharto sungguh2 menggadaikan negara ini ke negara asing! Ini adalah hadiah regim Soeharto bagi dukungan negara2 adikuasa dalam menjatuhkan Bung Karno (BK) yang non blok. Visi jauh kedepan BK luar biasa, negara sahabat BK: India dan RRC saat ini sehat luar biasa dan maju pesat sekali. SBY terpaksa mengulangi jejak BK lagi, belajar ke RRC dan India. Regim yang amat sangat korup seperti Soeharto, Marcos, Mobutu Seseseko, Syah Iran, Pinocet, dst., adalah rekayasa politisi USA. Di negara Amerika Latin, politisi USA juga banyak mensuport regim militer yang amat sangat korup; demikian pula di Timur Tengah. Akhir2 ini politisi USA mulai sadar bhw negara2 tsb. makin pandai, dan tidak bisa dibodohi lagi, maka arah kebijakan politiknya mulai berbeda! Namun lepas dari USA, RI masuk kepangkuan saudara tua Jepang; sehingga s/d saat ini, RI hanya menjadi sekedar permainan negara adidaya ekonomi! Dengan sistim yang sangat korup seperti ini, dan sentraliasi kebijakan di Jakarta, dengan Jakarta menyandang kota terkorup di dunia, maka muncul pemeo indah: “Untuk menguasai Indonesia, cukup menguasai Jakarta dengan cara menyuap 100 pejabat top Indonesia di Jakarta!” Maka benarlah bahwa pemilik kekayaan alam Indonesia itu bukan manusia Dayak, Riau, Aceh, dan Irian, melainkan negara adidaya dan para oknum pejabat pusat di Jakarta. Tidak heran kalau mereka berkeinginan melepaskan diri dari Indonesia!
- Regim Soeharto juga membuat para pemimpinnya gila hutang dengan prinsip: “Gali lubang tutup lubang”. Bantuan bersyarat yang mencekik leher bangsa dan membebani generasi penerus tetap diteken, penekennya dapat komisi yang luar biasa besarnya dibanding gajinya sebagai pegawai negeri! Setiap APBN mengandung komponen hutang luar negeri, para eksekutip dan legislatip telah dibuat mendem/mabok hutang!
- Soeharto terus menerus membodohi bangsanya dengan pura2 sakit setiap kali mau diadili. Ini politisasi kebudayaan, sebab bila mhs demo anti Soeharto, bisa dicap sebagai tidak tau: tata krama, sopan santun, adat, dan agama; orang sudah tua dan sakit2an kok masih didemo! Padahal sehat segar bugar! Sungguh licik beliau itu! Strategi ini lalu ditiru para generasi tua busuk! (Ginanjar dkk).
- Merusak tata kota Indonesia dan hutan Indonesia. Mana ada kota di Indonesia yang teratur rapi? Mana ada hutan Indonesia yang tidak dijarah rayah? Lapangan dan taman kota dihabisin untuk mal dan perumahan mewah, generasi mudanya kalau malam minggu diarahkan ke mal2 untuk konsumptip, anak muda sudah kesulitan untuk berolah raga, maka di Jakarta, kalau akhir pekan banyak perkelahian remaja (tawuran). Pembangunan di pusatkan Jawa sentris, sehingga P. Jawa yang sangat indah ini mengalami kerusakan luar biasa. P. Sumatra, Irian, Sulawesi, Kalimantan, yang luas sekali, dibiarkan kosong dan sekedar dijadikan tempat jarahan manusia serakah di Jakarta dan perusahaan multi Internasional, s/d saat inipun pulau2 itu belum mempunyai lintasan kereta api, sangat memprihatinkan! Tidak heran kalau suku asli dipulau tsb. merasa dijajah oleh Jakarta dan ingin merdeka lepas dari RI (misal Papua).
- Menghancurkan keyakinan/kebudayaan penduduk asli (terutama Jawa), misal Kejawen, dengan mengharuskan mencantumkan hanya agama pada KTP dan tatacara perkawinan. Sementara itu, keyakinan bangsa lain justru diutamakan (misal Islam, Kong Hu Cu, dst).
- Menghancurkan ekonomi penduduk asli (terutama Jawa), karena diarahkan menjadi pegawai negeri sipil (PNS) yang digaji sangat rendah sekali sehingga terjerumus dalam KKN yang tiada habisnya. Jiwa enterpreneur tidak dididik, kredit bank diberikan ke konglomerat hitam dari etnis Tionghoa dan kerabat regim Orba. Etnis Tionghoa yang baik dan ulet bekerja dan mempunyai manajemen keuangan lebih baik justru dipersulit masuk jadi PNS dan dipaksa berdagang, akhirnya jadilah masyarakat seperti saat ini: etnis Tionghoa menguasai perdagangan, dan manusia Jawa menguasai perkorupsian (KKN) di PNS! Kemudian, etnis Tionghoa yang justru “hitam” malah digerojogi BLBI (700 trilyun), sehingga otomatis ekonomi Indonesia dicengkeram konglomerat hitam! Dipaksa oleh ketidak adilan, maka etnis Tionghoa justru menjadi sangat ulet, kreatip dan mandiri; sedangkan manusia pribumi (terutama Jawa) dinina bobokan dengan jiwa priyayi/feodal tuk menjadi birokrat pegawai negeri dengan gaji yang sangat rendah dan tidak manusiawi namun dibebaskan untuk berkorupsi! Di jaman Bung Karno, masih banyak dijumpai pejabat yang mempunyai rasa malu, di jaman regim Soeharto – rasa malu sudah tidak ada!
- Menghancurkan keyakinan/kebudayaan etnis Tionghoa, dengan mengharuskan mencantumkan nama asli Indonesia dan melarang aktivitas budaya Cina yang sangat indah, mapan dan tua. Juga, mendiskriminasikan mereka dengan masalah kewarga negaraan dan penandaan KTP.
- Menghancurkan nama baik etnis Tionghoa dengan menonjolkan hanya para konglomerat hitamnya (perampok uang negara lewat BLBI). Para konglomerat hitam ini oleh Soeharto dijejerkan dan ditayangkan di TV secara nasional ketika pertemuan di Tapos, sungguh licik! Banyak manusia Tionghoa yang baik dan berprestasi tinggi, misalnya: Yap Thian Hien, Arief Budiman, Kwik Kian Gie, Rudy Hartono, Ivana Lie, para pahlawan: bulu tangkis, tenis, lomba science, dst.; namun sayang, regim Soeharto justru memakai yang “hitam” (sebab mereka sendiri adalah birokat dan militer “hitam”, MAFIA6). Seperti manusia Inggris, etnis Cina juga sudah terbukti mampu membuat negara yang sehat, baik dan normal. Seandainya yang dipakai adalah etnis Tionghoa yang baik dan pintar dalam manajemen negara, pastilah Indonesia tidak akan seperti ini! Minimal secerdas dan semakmur Taiwan, Singapore atau Hongkong atau RRC! Dengan demikian, regim ORBA boleh dikatakan telah mengadu domba etnis Tionghoa dan Jawa! Puncak adu domba adalah saat tragedi Mei 1988, dimana etnis Cina dipermalukan dan direndahkan martabatnya melalui kekerasan dan perkosaan (semoga etnis Tionghoa mau gigih membongkar kasus ini, diduga dalangnya adalah Prabowo atau Wiranto dengan pelaksana KOPASUS dibantu Pemuda Pancasila, sebab pandangan etnik lain menyiratkan bahwa etnis Tionghoa cuman pasrah-diam saja, kurang gigih membongkar tragedi ini!). Politik adu domba antar etnik ini (asli vs keturunan) sungguh membuat bangsa Indonesia menjadi rapuh sekali! Sampai saat ini, etnik Tionghoa masih mengalami diskriminasi melalui KTP dan Surat Kewarga Negaraan.
- Menghancurkan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia. Dengan APBN yang sangat kecil dan gaji dosen/gaji yang sangat kecil, otomatis SDM nya hancur. Dijaman BK, dosen masih menduduki jabatan dan penghasilan terhormat, misal dapat rumah dinas dan kendaraan dinas dan gaji layak. Saat itu masih banyak mahasiswa Malaysia kuliah di Indonesia, sekarang terbalik! Bahkan kita dikirimi seorang Asahari (teroris) saja sudah kuwalahan! Hal ini juga yang sangat diharapkan oleh politisi negara asing (Jepang, S’pore, USA, dsb.), mereka mengupayakan sekuat tenaga agar SDM Indonesia tidak maju, supaya bisa menguasai kekayaan alamnya yang berlimpah! Caranya? Mereka tekan politisi Indonesia agar APBN pendidikannya tetap rendah, gaji PNSnya agar tetap rendah supaya tetap KKN (bisa dibeli), dan negara dibikin mabok kepayang (mendem) agama!
- Menyusupi dan membelokan arah reformasi! Masyarakat luas telah menerima bahwa telah terjadi reformasi, padahal belum! Regim ORBA adalah ibarat rangkaian seratus gerbong kereta api Argo Bromo, kemudian melalui reformasi semu, yang turun baru satu masinis saja, yaitu Soeharto, sedangkan lainnya masih mendominasi tatanan bisnis, birokrasi dan perpolitikan di Indonesia (terutama oknum petinggi militer/polri). Persamaan mathematik reformasi di Indonesia sungguh kayal dan irasional, persamaan itu adalah: Orde Reformasi = Orde Baru cukup dikurangi satu Soeharto saja!!! Strategi penyusupan dan pembelokan arah reformasi ini, yang penuh seni dan sangat indah, telah ditulis oleh seorang begawan politik dan dapat anda baca di website http://www.diskusikebudayaan3.blogspot.com (termasuk analisis adu domba suku2 di Indonesia). Penyusupan dan money politics adalah alat utama regim Orba; peran penyusup seperti Amien Rais dan para cendekiawan Muslim (ICMI) dalam penyelamatan regim Orba sungguh luar biasa indahnya namun sangat menyakitkan bangsa Indonesia.
- Pada saat reformasi, regim Soeharto dengan seni yang indah dan tinggi sekali memperdaya bangsanya sendiri melalui politisasi agama. Dengan strategi safety exit yang jitu, maka regim Soeharto dkk. selamat dan sejahtera s/d saat ini, namun bangsa Indonesia menjadi dimasukan kepihak Timur Tengah/Arab dalam menghadapi dunia barat! Oleh regim Soeharto, Indonesia ingin dilepaskan dari mulut harimau (USA), namun dimasukan mulut buaya (ARAB); hasilnya: Indonesia justru masuk mulut harimau dan sekaligus mulut buaya! Jadi, boleh dikata antara tahun 1960-1965: Indonesia dijadikan ajang pertempuran USA (kapitalis) melawan Rusia (komunis); kemudian mulai dari 1998 (awal reformasi semu) s/d sekarang, Indonesia dijadikan ajang pertempuran Barat (modern, sekuler) melawan Arab/Timur Tengah (Islam, non sekuler). Semenjak 1965, Indonesia tidak pernah mandiri lagi (seperti visi Bung Karno, yang non blok dan cinta budaya sendiri, seperti juga India dan RRC, negara yang mempunyai kepribadian sendiri dan mandiri).
- dst. (silahkan menambahi sendiri)

Penutup

Regim Soeharto telah mengakibatkan lima faktor utama penyebab Indonesia tidak pernah mandiri dan terusmenerus mengalami krisis, yaitu terpaan: a) badai salju yang dingin-membekukan dari negara barat/modern yang ingin menjajah ekonomi/teknologi dan mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia; b) badai gurun Sahara yang panas-membara dari negara Timur Tengah yang ingin memporak-porandakan budaya asli, meningkatkan budaya kekerasan serta kerusuhan dan menguras devisa negara; c) badai KKN yang merampok keuangan dan membangkrutkan bangsa, yang juga menyebabkan Indonesia terjebak hutang maha besar serta membuat ekonomi/bisnis Indonesia dikuasai oleh konglomerasi internasional yang bekerjasama dengan para konspirator nasional jahat yang terdiri atas: politisi busuk-konglomerat hitam-birokrat keranjang sampah dan jendral berhati preman dari TNI AD/POLRI, d) badai SARA yang meningkatkan kecurigaan berbasis suku, agama, ras, dan golongan antar masyarakat! Sungguh licik dan sangat kejam, untuk mempertahankan kekuasaannya selama 32 tahun, regim Soeharto menggunakan politik devide et impera: memecah belah bangsanya sendiri! Manusia Jawa dianggap penjajah oleh manusia non Jawa (sebab pembangunan yang Jawa sentris), etnik Tionghoa dicurigai oleh manusia pribumi, manusia Ambon saling diadu domba, etnik Madura diadu dengan etnik Dayak, manusia dan kebudayaan Jawa ditelantarkan, manusia dan kebudayaan Arab ditinggikan. Oleh regim Soeharto, seolah-olah telah dibuat agar tiap etnik merasa etniknya dianak tirikan dan etnik lain ditinggikan, sehingga timbulah rasa saling curiga yang dalam antar etnik; f) penyeragaman dan penindasan budaya nasional (bukan pengembangan) yang mengakibatkan kemunduran SDM. Dengan demikian, semenjak 1965 s/d detik ini (2005), bangsa Indonesia boleh dikata telah dijajah kembali oleh konspirasi jahat internasional yang bersimbiose mutualitis dengan konspirasi jahat nasional yang tersentralisasi di Jakarta, sehingga boleh dikata Indonesia s/d saat ini belum merdeka sepenuhnya!

Kalau Bung Karno dikenal sebagai founding father dan nation character building, maka Soeharto layak disebut mafia god father (pelindung segala bentuk konspirasi kejahatan) dan nation character destroyer (perusak kerukunan dan karakter bangsa). Dengan demikian, semenjak 1965 s/d detik ini (2005), bangsa Indonesia boleh dikata belum merdeka sepenuhnya! Dijaman Soeharto, Indonesia boleh dikata dijajah oleh bangsanya sendiri yang tak kalah sadisnya daripada Belanda dan Jepang.

Maha kebobrokan nasional yang luar biasa tinggalan regim ORBA/Soeharto telah mengakibatkan Indonesia terus mengalami krisis kebudayaan s/d saat ini, dan diperkirakan dua pemilu lagi baru bisa bangkit lagi, maha luar biasa dosa regim ORBA/Soeharto terhadap bangsanya!

Visi dan misi generasi tua perusak bangsa ini adalah: 1) menyelamatkan diri atau bebas dari hukum 2) tetap dihormati oleh masyarakat 3) kekayaan hasil rampokan tetap aman (diparkir di LN) 4) bila meninggal dapat dimakamkan di Taman Pahlawan. Jadi, seolah-olah mereka telah mengancam generasi muda dengan berkata:”Jangan berani mengungkit masa lampau kami dan hormati kami s/d kami meninggal. Tolong, jangan lupa, makamkan kami di makam pahlawan. Setelah kami meninggal silahkan buka borok2 kami dan luruskan sejarahmu (terutatama sejarah 1965). Dan jangan lupa membayar hutang tinggalan kami kepada luar negeri yang hampir 1/3 nya kami korup dan kami simpan di luar negeri untuk cucu-cicit kami s/d tujuh turunan! Kalau kami masih hidup, jangan sekali-kali berani “menyentuh” kami, atau negara ini akan kami obok2 sampai manusianya mabok. Hanya dengan bunga uang kami di bank2 luar negeri, kiranya sudah cukup untuk mengobok-obok Indonesia!” Maka tidak heran, dijaman transisi ini amat banyak kerusuhan yang dibuat oleh regim bablasan ORBA, sehingga masyarakat kembali merindukan regim Soeharto; namun semua ketidak stabilan ditumpahkan kepada regim reformasi semu (ingat, belum terjadi reformasi), sungguh licik generasi tua itu! Di negeri yang normal dan baik, mencari perusuh itu mudah sekali, cukup disadap handphone/teleponnya, disadap internetnya, dilacak account banknya. Demikian pula mencari koruptor kelas berat, cukup berburu di bank, lihat besar simpanan uang para pejabat tinggi (eselon 2 keatas), misal yang punya simpanan diatas 2,5 milyar lalu diselidiki aliran dananya, dengan cara ini pasti koruptor plat merah mudah ditangkap. Namun di negara tak normal seperti Indonesia, dimana Badan Intelijennya sering justru menjadi musuh berat bagi masyarakat yang baik, jujur, dan idealis, maka setiap kerusuhan justru tidak pernah terkuak kasusnya, atau oknum aparat (intelijen + polri + TNI + preman) justru menjadi dalang/pelaku kerusuhan diberbagai pelosok Indonesia. Dapat dipastikan bahwa selama militer/polri tidak mau berhenti berpolitik dan berbisnis, maka Indonesia akan terus bergejolak, mereka bagaikan pagar makan tanaman. Untuk itu peningkatan gaji s/d batas yang wajar bagi segenap pegawai/militer adalah mutlak perlu dilakukan.

Perlu kita sadari, kalau pada tahun 1960 s/d 1970 Indonesia dijadikan ladang pertempuran yang sengit antara ideologi kapitalisme (USA dkk.) melawan komunisme (Rusia dkk.), maka ingat pada detik ini (2005), Indonesia sedang mengalami dan sedang menjadi ajang pertempuran hebat antara: negara Barat/maju, negara Timur Tengah, para pelaku pelanggaran HAM berat dan para pelaku KKN (sisa2 regim Soeharto/ORBA yang ingin menyelamatkan diri, bebas dari jerat hukum); jadi tugas manusia Indonesia adalah sungguh berat sekali, karena harus bisa mengatasi keempatnya! Kita doakan agar sukses!
Akhir kata, semoga Tuhan YME memberikan kejernihan berpikir dan kebijaksanaan yang utama, agar di akhir hayatnya, para generasi tua ini (yang sudah nyaris “out” dan ingin dimakamkan di Taman Pahlawan) sungguh2 mau melakukan pertobatan! Doa kita: “Oh, generasi tua, kasihanilah generasi mudamu karena: terus belajar sejarah nasional yang salah, yang sedang mengalami busung lapar, dan yang engkau tinggali utang maha luar biasa besarnya, hutan dan tatakota yang rusak parah, generasi penerus dibuat mendem agama, serta melanggengkan penjajahan ekonomi oleh negara adidaya, dsb. Dan engkau, para generasi tua “busuk dan hitam”, yang mempunyai tabungan berpuluh milyar bahkan mungkin trilyunan, walau cukup hanya dengan status pegawai negeri (ini sungguh kayal), sungguh telah melakukan perampokan nasional! Mereka adalah sungguh musuh sejati bangsa Indonesia!”

Sebagai penutup, mohon tulisan ini dapat sampai ditangan para generasi tua (regim ORBA dan anggota MAFIA6), untuk bacaan sekaligus hukuman sosial menjelang akhir hidupnya (siapa tahu mereka menganggap rakyat itu bodoh, dan tidak mengetahui strategi mereka)! Terima kasih.

sumber:http://analisakebudayaan.blogspot.com/2005/11/krisis-indonesia-buah-kenakalan_19.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar